A Beautiful Garden

Selasa, 29 Mei 2007. 11.00 pm

Senin, 28 Mei 2007, 22.59

Mengerti Bayu

By Dikky Prawiratama

Dia tahu dia seorang sahabat

Sahabat adalah dia yang mendengar

Sahabat adalah dia yang berbicara

Sahabat adalah dia yang berjalan

Mendengar tanpa keluhan

Berbicara tanpa kebohongan

Berjalan tanpa paksaan

Karena dia tahu

Dia seorang sahabat

Mungkin puisi di atas kurang banget untuk mengapresiasi mahluk satu ini, yang sudah beberapa bulan jadi temen gw. Kita kenal waktu gw masuk level 3 (intermediere 1) di LIP jogja. Dari pertama lihat, gw udah tahu, dia pasti anaknya asik. Dan itu terbukti waktu pertama kali dia ngajak gw gabung duduk2 di kafe LIP.

Sampe detik ini, udah banyak banget cerita yang kita bikin, dari yang seneng ampe sedih, tapi kebanyakan seneng sih, karena buat gw yang namanya sahabatan, ga harus identik dengan sesuatu yang melow dan heavy. Yang simple dan light pun bisa jadi lebih seru. Ketawa bareng, jalan bareng, bego2an bareng.

Tapi tetep, kita akan ada buat masa yang sulit.

Seorang temenku di kampus, Nadiah, dia pernah kirim sms

“Friendship doesn’t need everyday conversation... Doesn’t always need togetherness... As long as it’s kept in the heart, true friend never part”

Sms itu selalu gw inget, dan itu emang bener apa adanya. Walaupun gw dan Nadiah udah ngga sedeket dulu, gw masih yakin, kita tetep bersahabat, karena esensi persahabat adalah pada apa yang kita rasa bukan apa yang kita lihat.

Selain kata2 itu, ada satu lagi sms (sebernernya sms temen adik gw ke dia, bukan ke gw) yang bikin gw tersentuh

“Good friend is like a star, you don’t always see it but you know it is always be there”

Trus aku forward sms itu ke Aisyah, seorang temen juga, yang sekarang sudah jauh dari gw, dia ada di aussie.

Kembali ke temen LIP ku ini, kalo kalian lihat, mungkin kalian akan mikir, dia tipe cewek yang suka maunya sendiri. Salah besar tuh! Dia adalah orang yang sangat mikirin orang lain, care ke orang lain, n ga pernah malu buat memulai suatu hubungan baru. Sifat itu susah sekali dicari, ketika semua orang berpikir centralis kayak sekarang.

Tapi sekarang gw sedih, soalnya dia rencana mau pindah ke Jakarta buat nerusin bahasa prancis di CCF sana. Gw g masalah, malah gw seneng bgt, dia bisa jadi lebih maju, karena gw percaya dia bisa jadi apa aja yang dia mau. Dia pengen pergi n kuliah di perancis, elle aime france beaucoup! Dia jatuh cinta sama prancis! Seandainya gw seorang jutawan, bukan ga mungkin gw beli tiket buat kita, trus kita ke prancis bareng.

Kalian mau tau? Hari ini, tadi waktu les, Mery nyuruh kita bikin rencana perjalanan ke prancis. Gw seneng and gw berharap bgt itu bukan cuma rencana. Pergi bersama seseorang ke suatu tempat yang sama2 disukai, apalagi dia seorang sahabat, bakalan jadi pengalaman yang bener2 indah ketika kita udah senja dan cuma kisah masa lalu yang membuat kita tersenyum dan bernafas.

Cuma gw ngerasa, ada yang hilang aja, bahkan detik ini, ketika rencana pergi dia juga belum pasti. Gw udah ngerasa kangen, gw ngerasa gw bakal kehilangan seorang yang biasa duduk disana, di hati gw dan di depan gw. Ga ada lagi yang bakal lihat ke gw, dan gw langsung ngerti apa maksud dia. Itu bahasa sahabat, bahasa mata (termasuk waktu ngegosipin orang J ). Dan yang pasti ga ada yang nyubitin n narik2 pipi gw lagi kayak dia.

Biar gitu, gw tetep kembali ke apa yang gw bilang tadi, esensi persahabatan bukan apa yang kita lihat tapi apa yang kita rasa. Dia boleh pergi kemana aja, yang pasti dia ga akan pernah hilang (ya iyalah udah gede segitu, sapa yang mau nyulik, hehe). Dia ga akan pernah pergi terlalu jauh dari hati gw.

Nama yang akan buat gw ketawa nanti gw udah tua, bikin gw geleng2 kepala kalo gw inget semua saat2 bareng, dan tentu aja bikin gw bersyukur bgt sama Tuhan, gw pernah dikasih kesempatan ketemu sama orang kayak dia.

Makasih Bayu, suatu hari di ujung waktu kita, kita pasti bisa lihat, betapa kita akan selalu jadi sahabat.

I dedicate this to my beloved friend

Bayyinah Utami

Minggu, 27 Mei 2007. 10.30 pm

Sambil nonton Uptown Girl, setelah dipikir- pikir, film ini bagus juga

Si Britany Murphy bisa meranin Molly sesuai dengan apa yang seharusnya Molly.

Aku suka waktu dia bilang

“the problem is, you just take anything, and right now I have nothing to give. Until then, you better consider another person” kurang lebih itu yang dia bilang ke Neal, cowok yang dulu dia pacarin.

Selain itu banyak bgt masalah yang diangkat disini yang bagus bgt, sampe aku juga merasa tersentuh. Mungkin terdengar cengeng bgt yah film ini, tapi itu Cuma buat mereka yang menilai film berdasar rottentomatoes yang bego bgt itu. Yang namanya nonton film itu, bukan kita lihat rating dia dulu baru nonton. Kalo gitu caranya, kita akan menutup mata, ga ngerti apa2. Cuma ngikutin yang orang bilang.

Pernah denger istilah ‘selera orang berbeda-beda’?trus kenapa kita nyerahin selera kita ke sebuah rating movie site?

Balik lagi ke movie ini, betapa dia nyeritain ke sebuah arti gimana kita jadi dewasa. Gimana kita bisa ngeubah sudut pandang kita ke suatu masalah.

Kemarin malem, tepatnya pagi, karena udah jam 12 malem lewat, alias dini hari, salah seorang temen, Mery, di kafe oh la la, dia tanya sama aku

“menurut kamu, ada yang berbeda nggak dengan menjadi dewasa lebih cepet dari umur kamu yang sekarang?”

Aku jawab “ emang kamu ngeliat aku kayak gitu?”

“iya, aku lihat kamu udah ngalamin semua hal yang mungkin terjadi untuk umur yang lebih tua”

Aku jelasin ke dia bahwa menjadi seperti keadaan aku sekarang ini, merupakan suatu keuntungan, aku jadi bisa lihat sesuatu lebih jauh, lebih jauh daripada istilah umur yang aku bilang “brondong”.

Oke, aku ga muna, aku juga brondong, tapi aku mau bilang aku brondong yang beda, bukan mereka yang hanya mikirin sesuatu di satu titik tanpa berkira apa yang ada di depan.

Aku memang pernah berada di kondisi itu, dulu, dulu banget. Ketika aku bodoh dan aku buta. Sedikit ekstrim kedengarannya, tapi itu yang terjadinya

Yup, thanks God, I’ve changed. Kalo diibaratkan ke film Uptown Girl ini aku kayak si Ray, diperanin Dakota Fenning, dia dewasa sebelum umur yang tepat.

Aku ga mau bilang dewasa sebelum waktunya, menurutku itu menyedihkan sekali. Menyalahkan seseorang atas apa yang dia dapat dan orang lain, yang dikatan lebih tua ga dapetin. Dewasa bisa datang kapan aja, itu karena kita mau membuka diri terhadap peristiwa hidup, terhadap apa yang bisa saja kita dapat tanpa kita pernah tau. Pengalaman.

Kamu ga bisa nyalahin aku, kalo ternyata aku tau sesuatu yang kamu ga tahu. Dan aku ga akan menyalahkan diri aku buat ngambil semua kejadian itu sebagai sebuah pengalaman.

Beberapa orang berusaha melupakan apa yang telah terjadi, dan pergi. Aku ga mau seperti itu, aku pengen hidup dengan semua itu, semua cerita yang pernah aku bikin. Entah itu yang aneh, bodoh, lucu, atau bahkan ga masuk akal.

Ga apa2 untuk menjadi orang yang beda, untuk menjadi orang yang itu adalah diri kita sendiri.

Sedikit tentang seorang teman, yang berusaha menjadi orang lain, aku ga habis pikir, kenapa bisa gitu. Kita istimewa dengan diri kita sendiri. Molly dengan gaya childish nya, Ray dengan gaya sok bersihnya itu, bahkan si Mu, babi yang diselamatin Molly dari piring makan restoran, dia punya gaya sendiri.

Dan jangan takut untuk tetap seperti itu, karena itu ciri khas kita, yang membuat orang lain sadar kita ada. Kita hidup. Ada satu temen juga, yang dia pendiem banget, but pendiemnya itu bikin dia ada, kita sadar kalo dia ada, karena memang dia kayak gitu, itu ciri2 dia, yang orang lain ga punya.

Trus seiring dengan waktu dan pengalaman, pasti lambat laun kita akan berubah menjadi orang yang lebih baik. Menjadi lebih dewasa, lebih kekanakan, lebih sadar diri, lebih sadar lingkungan. Karena ga ada sifat yang jelek, itu tergantung gimana kita nyeimbangin.

Kita boleh jadi orang dewasa, tapi apa ga boleh kita ngelakuin tindakan bodoh untuk ‘warna’ hidup?

Kita boleh childish, tapi kita harus tau kapan waktu untuk ‘dipilihkan’ dan kapan waktu untuk ‘memilih”

Jadi jangan takut buat nonton film yang kita ga akan pernah tau gimana ceritanya sebelum kita lihat sendiri

^_^